Menikmati Proses, Merayakan Ikhtiar
Hari ini merupakan hari yang begitu berkesan bagi kami. Kami berkesempatan mengikuti lomba Hari Guru Nasional JSIT tingkat Kota Depok. Sejak awal perencanaan, kami telah menyiapkan 10 pemain untuk mengikuti cabang olahraga voli. Namun qadarullah, dengan segala ketentuan Allah, hanya delapan orang yang benar-benar siap bertanding. Itupun dengan kondisi yang kami rasa jauh dari maksimal.
Meski begitu, kami datang dengan harapan besar. Bukan semata-mata mengejar kemenangan, namun lebih kepada menjalin silaturahmi, bertemu para guru SIT se-Kota Depok, dan menghadirkan semangat kebersamaan. Alhamdulillah, suasana penuh senyum dan sambutan hangat dari teman-teman sekolah lain membuat langkah kami terasa ringan, meskipun beberapa di antara mereka baru pertama kali kami kenal.
Ada satu hal unik dalam persiapan kami. Bukannya membawa bekal khusus untuk menunjang pertandingan, justru kami membawa kompor! Harapan kami sederhana: semoga perjalanan kami bertahan panjang sampai sore, sampai babak final, hingga kompor itu berguna untuk memasak kebersamaan. Harapan besar yang dibangun dari tawa dan kesungguhan.
Dukungan antar anggota tim semakin menambah kekuatan mental kami. "Raflesia bisa sampai final," begitu kata teman-teman kami. Kalimat sederhana, tapi ampuh menumbuhkan keyakinan.
Perjalanan kami pun membawa kami ke babak semifinal, berhadapan dengan tim lawan yang secara persiapan terlihat jauh lebih matang. Kesempurnaan ikhtiar mereka justru membuat kami lebih fokus bukan pada menang-kalah, tetapi pada menikmati setiap detik permainan. Kami memilih disiplin, saling mengingatkan, dan menjaga ketenangan.
Alhamdulillah, pada babak pertama kami berhasil mencapai angka 25 terlebih dahulu. Hal itu membuat lawan kami tampil lebih agresif. Namun justru di situlah letak perbedaannya: mereka membawa beban bahwa mereka “harus juara,” sementara kami bermain dengan ringan—tanpa ambisi berlebihan, tanpa mengejar poin secara tergesa-gesa. Kami hanya berusaha meminimalisir kesalahan sendiri. Dan ternyata, itu menjadi kunci penting.
Dengan izin Allah, pertandingan berakhir dalam tiga set, dan kami melaju ke podium dua.
Dari pengalaman ini, kami belajar bahwa:
Ambisi yang berlebihan dapat membuat seseorang lupa menikmati proses.
Dalam hidup maupun pekerjaan, kemenangan bukan segalanya. Yang lebih penting adalah berjalan dengan sabar, tenang, disiplin, dan percaya pada takdir yang Allah tetapkan.
Kami bersyukur berada di podium dua. Dan kami yakin, tim yang menjadi juara pertama pun sangat layak mendapatkannya atas ikhtiar sungguh-sungguh yang mereka lakukan. Mereka mendapatkan podium satu, karena mereka lah mensupport kami sejak awal pertandingan, merekalah yang meminjamkan kendaraan motor nya kepada kami saat kami ingin membeli nasi untuk makan siang, dan merekalah mensupport dukungan dengan teriakan kepada kami ketika kami di semi final bahkan tim supporter mereka ikut mendukung kami ketika di babak final.
#sditDarbi
#sditraflesia.
Pada akhirnya, hari ini mengajarkan kami bahwa perjuangan tidak selalu harus sempurna. Terkadang, kekuatan terbesar terletak pada ketulusan niat, ketenangan, kebersamaan, dan kemampuan menikmati setiap langkah yang Allah hadirkan.









